BAB XII
Perkembangan islam pada Masa Moderen
A. Sekilas tentang Dunia Islam pada Masa Modern
Masa pembaharuan (modern) bagi dunia Islam adalah masa yang dimulai dan
tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran
umat Islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh
kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada masa pembaharuan ini, telah muncul tokoh tokoh pembaharu dan
pemikir Islam di berbagai negara Islam. Pada
awal masa pembaharuan, kondisi dunia Islam, secara politis berada dibawah
penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M, dunia Islam bangkit
memerdekakan negaranya dan penjajahan bangsa Barat (Eropa).
Di antara negara-negara Islam atau negara-negara berpenduduk mayoritas umat
Islam, yang memerdekakan dirinya dari penjajahan, seperti :
o Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.
o Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947.
o Mesir secara formal
memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. Namun, bangsa Mesir baru
merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952, yakni setelah Jamal Abdul
Nasir menjadi penguasa, karena dapat menggulingkan Raja Faruq yang dalam masa
pemerintahannya pengaruh Inggris sangat besar.
o Irak merdeka secara formal dari penjajah Inggris tahun 1932 M, tetapi
sebenarnya baru benar-benar merdeka tahun 1958 M.
o Syria dan Libanon, merdeka dari penjajah Prancis tahun 1946 M.
o Beberapa negara di Afrika merdeka dari penjajah Prancis, seperti Lybia
tahun 1951 M, Sudan dan Maroko tahun 1956 M, dan Aijazair tahun 1962 M.
o Di Asia Tenggara, negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang
merdeka dari penjajah Inggris adalah Malaysia tahun 1957 M dan Brunei
Darussalam tahun 1984 M.
o Di Asia Tengah,
negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah Uzbekistan, Kirghistan,
Kazakhtan, Tajikistan, dan Azerbaijan sedangkan Bosnia merdeka dari penjajah
Yogoslavia juga tahun 1992 M.
Setelah negara-negara yang berpenduduk mayoritas umat Islam tersebut
memperoleh kemerdekaan, maka umat Islam bersama-sama dengan pemerintah
negaranya melakukan usaha-usaha pembangunan dalam berbagai bidang, demi
terwujudnya masyarakat bangsa yang adil dan makmur di bawah naungan rida Allah
SWT.
B. Perkembangan
Ajaran Islam pada Masa modern
Menjelang
dan pada awal-awal masa pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M,
umat Islam di berbagai negara, telah menyimpang dari ajaran Islam yang
bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu terdapat dalam hal :
Ajaran Islam tentang ketauhidan telah bercampur
dengan kemusyrikan. Hal ini ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain
menyembah Allah SWT juga memuja makam yang dianggap keramat dan meminta tolong
dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan orang-orang yang dianggap sakti.
Selain itu, ada juga kelompok umat Islam yang meng kultuskan dan beranggapan
bahwa sultan adalah orang suci yang segala perintahnya harus ditaati.
Adanya
kelompok umat Islam, yang selama hidup di dunia ini, hanya mementingkan urusan
akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan hahwa memiliki harta benda
yang banyak, kedudukan yang tinggi dan ilmu pengetahuan tentang dunia adalah
tidak perlu, karena hidup di dunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan
hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selain itu, banyak umat Islam yang
menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada
nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan ditentukan
oleh nasib.
Penvimpangan-penyimpangan
umat Islam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut, mendorong lahirnya para
tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan urnat Islam agar kembali kepada
ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Quran dan As-Sunnah (Hadis).
Tokoh-tokoh pembaharu yang dimaksud antara lain:
1. Muhammad
bin Abdul Wahhab lahir
di Nejd (Arab Saudi) pada tahun 1115 H (1703 M) dan wafat di Daryah tahun 1201
H (1787 M). Muhammad bin Abdul Wahhab
adalah seorang ulama besar yang produktif, karena buku-buku karangannya tentang
Islam, mencapai puluhan judul. Di antara buku bukunya berjudul “Kitab
At-Tauhid” yang isinya antara lain tentang pemberantasan syirik, khurafat,
takhayul, dan bid’ah yang terdapat di kalangan umat Islam dan mengajak
umat Islam agar kembali kepada ajaran tauhid yang murni. Para pengikut Muhammad
bin Abdul Wahhab, menamakan kelompoknya dengan “A1-Muwahhidun” atau
“Al-Muslimun”, yang artinya kelompok yang berusaha mengesakan Allah SWT
semurni-murninya. Gerakan pemurnian ajaran Islam yang dilakukan oleh para
pengikut Muhammad bin Abdul Wahhah ini, dinamakan juga gerakan “Wahabi”.
2. Rifa’ah Badawi Rafi’ At-Tahtawi, atau At-Tahtawi, lahir di Tahta pada tahun 1801 M dan meninggal di
Mesir. Pemikirannya yang berkaitan dengan ajaran Islam, antara lain, beliau
menyerukan agar umat Islam dalam hidup di dunia ini tidak hanya mementingkan
urusan akhirat, tetapi juga harus mementingkan urusan dunia, agar umat Islam
tidak dijajah oleh hangsa lain.
3. Jamahiddin Al-Afghani, lahir di Asadabad tahun 1838 M dan wafat di Istanbul rahun 1897 M. Di
antara pemhaharuan pemikiran yang dimunculkan beliau adalah :
o Agar kejayaan umat Islam dapat diraih kembali dan mampu menghadapi dunia
modern, umat Islam harus kembali kepada ajaran agamanya yang murni dan harus
memahami Islam dengan rasio dan kebebasan.
o Jamaluddin menginginkan agar kaum wanira juga meraih kemajuan dan bekerja
sama dengan pria untuk mewujudkan masyarakat Islam yang dinamis dan maju.
o Kepemimpinan otokrasi
hendaknya diubah menjadi demokrasi Menurut pendapatnya Islam menghendaki
pemerintahan republik yang di dalamnya terdapat kebebasan mengemukakan pendapat
dan kewajiban negara untuk tunduk kepada undang undang.
o Ajarannya tentang Pan-Islamisme yakni persatuan
dan kerjasama seluruh umat Islam harus diwujudkan. Karena persatuan dan kerja sama seluruh umat Islam
sangat penting dan di atas segalanya.
Selain
tokoh-tokoh pembaharuan tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh pembaharuan
lainnya, seperti Muhammad Abduh di Mesir (1849-1905 M), Muhammad Rasyid Ridla
(1865-1935 M), Sayid Ahmad Khan di India (1817- 1898 M), dan Muhammad Iqbal di
Pakistan (1876-1938 M).
Pada
masa pembaharuan jumlah penduduk beragama Islam berkembang terus ke seluruh
pelosok dunia. Penduduk Muslim terbanyak terdapat di Benua Asia dan Afrika.
Mengacu kepada data penduduk tahun 1991 M, negara-negara yang penduduk
Muslimnya lebih dan 90 % adalah Mauritania, Sahara Barat, Maroko, Aijazair,
Tunisia, Libia, Mesir, Somalia, Turki, Irak, Yordania, Arab Saudi, Yaman, Oman,
Qatar, Bahrain, Iran, Afghanistan, dan Pakistan.
Sedangkan
negara-negara yang jum!ah umat Islamnya mencapai 50—90 % adalah Tanzania
(Afrika), Turkemenistan, Uzbekistan, Kirghistan, Tajikistan (Rusia),
Bangladesh, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Kepulauan Mindanou di
Filipina. Negara-negara yang umat Islamnya 10—50 % antara lain seperti Guinea
(Afrika), Albania, Suriah, India, Gina, dan Myanmar.
Untuk
mengikat negara-negara Islam di seluruh dunia, pada bulan Zulhijjah tahun 1381
H (Mei 1962), telah didirikan Rabithah Al-Alam Al-Islami (Muslim world
League atau Liga Dunia Islam) sebuah organisasi Islam internasional
non-pemerintah yang tidak berpihak kepada suatu partai atau golongan dan
mewakili umat Islam sedunia. Liga Dunia Islam ini berkantor pusat di Mekah
(Saudi Arabia), sedangkan kantor perwakilannya tersebar di seluruh dunia,
seperti Indonesia, Amerika, Kanada, Denmark, Malaysia, dan Prancis.
Di
Benua Eropa dalam Conference of Islamic Cultural Centre and Organization of
Europe (Konferensi Pusat Kebudayaan dan Organisasi Islam Eropa) di London
pada bulan Mei 1973, dengan diprakarsai oleh Sekretariat Islam di Jeddah telah
didirikan Dewan Islam Eropa, yang bertujuan untuk mengorganisir dan memajukan
usaha-usaha dakwah islamiah.
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Modern
Pada
masa pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan mengalami kemajuan. Hal ini
dapat dilihat di berbagai negara, seperti Turki, India, dan Mesir.
Sultan
Muhammad II (1785-1839 M) dan kesultanan Turki Usmani, melakukan berbagai usaha
agar umat Islam di negaranya dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Usaha-usaha tersebut seperti :
1. Melakukan modernisasi di bidang pendidikan dan pengajaran, dengan
memasukkan kurikulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga pendidikan Islam
(madrasah).
2.
Mendirikan Lembaga Pendidikan “Mektebi Ma’arif’, untuk mencetak
tenaga-tenaga ahli di bidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi
Ulumi Edebiyet,” untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli di bidang penterjemah.
3. Mendirikan
perguruan-perguruan tinggi di bidang kedokteran, militer, dan teknologi.
Setelah
kesultanan Turki dihapuskan pada tanggal 1 November 1923 M, dan Turki diproklamirkan
sebagai negara berbentuk Republik dengan Presiden pertamanya Mustafa Kemal
At-Turk, pendiri Turki Modern (1881-1938M), maka kemajuan Turki di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi terus meningkat. Di India ketika masih dijajah
Inggris, telah bermunculan para cendekiawan Muslim berpikiran modern, yang
melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga dapat melepaskan diri dari belenggu penjajah. Para
cendekiawan Muslim dimaksud, seperti Syah Waliyullah (1703-1762 M), Sayid Ahmad
Khan (1817-1898 M), Sayid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1873-1938 M),
Muhammad Ali Jinnah (1876-1948 M), dan Abdul Kalam Azad (1888-1956 M).
Di
antara cendekiawan Muslim tersebut, yang besar jasanya terhadap umat Islam di
India adalah Sayid Ahmad Khan.
Setelah
India dan Pakistan merdeka dari Inggris pada tahun 1947 M, umat Islam terbagi
dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakistan dan ada juga yang tetap di India
± 40 juta jiwa. Umat Islam di kedua negara tersebut terus berusaha meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup mereka meningkat ke arah
yang lebih maju.
Pada
masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798 M), umat
Islam Mesir, khususnya para penguasa dan kaum cendekiawannya menyadari akan
keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan
bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar
menguasai berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh
bangsa-bangsa Eropa.
Muhammad
Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke
Mesir, mereka mengajar di berbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas
A1-Azhar. Karena yang belajar di Universitas A1-Azhar ini bukan hanya para
mahasiswa Islam dan Mesir, tetapi para mahasiswa dan berbagai negara dan
wilayah Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi yang diajarkan di Universitas
Al-Azhar ini pun dengan cepat menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain
Universitas Al-Azhar, di Mesir telah didirikan universitas-universitas, yang di
dalamnya terdapat berbagai fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik,
Pertanian, Perdagangan, Hukum, dan Sastra. Universitas-universitas dimaksud
adalah Universitas Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams
(1950 M) di kota Kairo, Universitas Hilwan, Universitas Assiut (1957 M),
Universitas Suez (1976 M), dan Universitas Amerika yang bernama “The
American University in Cairo (AUC)”, yang didirikan bagi orang Mesir dengan
tenaga pengajar dari Amerika.
Biografi
Sayid Ahmad Khan
Sayid
Ahmad Khan lahir di Delhi (India), pada tanggal 17 Oktober 1817 M dan wafat
juga di Delhi tahun 1898 M. Masa mudanya dipergunakan untuk mempelajari
berbagai macam ilmu pengetahuan, yaitu ilmu pengetahuan tentang Islam, bahasa
Persia, bahasa Arab, Matematika, Mekanika, Sejarah dan berbagai cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Atas jasa-jasanya kepada lnggris pada tahun 1869 M beliau
diberi kesempatan untuk berkunjung ke Inggris. Kesempatan itu dimanfaatkannya
untuk mengadakan penelitian tentang sistem pendidikan dan pengajaran serta
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Inggris.
Jasa-jasa
Sayid Ahmad Khan antara lain :
o Sumbangan pemikirannya yang modern, yang
menyatakan bahwa umat Islam terbelakang, bodoh, miskin, dan dijajah, karena
mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang dimiliki oleh
bangsa-bangsa Eropa.
o Untuk merealisasikan idenya tersebut Sayid
Ahmad Khan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan, seperti
Sekolah Inggris di Mudarabad tahun 1861 M, lembaga penterjemah ilmu pengetahuan
modern ke dalam bahasa Urdu yang disebut dengan nama lembaga “The Scientific
Society” atau “Translation Society” dan mendirikan sekolah Muhammaden
Anglo Oriental College (MAOC) pada tahun 1878 M, yang kemudian berkembang
menjadi “Muslim University Of Aligar”. Untuk keseragaman pendidikan bagi umat
Islam India, Sayid Ahmad Khan pada tahun 1886 M membentuk Muhammedan
Educational Conference. Sumbangan pemikiran Sayid Ahmad Khan yang bersifat
politis, beliau menyatakan bahwa umat Islam tidak mungkin bersatu dengan umat
Hindu dalam satu negara, karenanya umat Islam India harus mempunyai negara
sendiri terpisah dari umat Hindu.
D. Perkembangan
Kebudayaan Islam pada Masa modern
Kebudayaan
umat Islam pada masa pembaharuan berkembang ke arah yang lebih maju. Hal ini
dapat dipelajari di berbagai negara Islam atau negara yang berpenduduk
mayoritas umat Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, Irak, Iran, Kuwait,
Pakistan, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.
1. Arsitektur
Arsitektur
ada yang berfungsi melayani keagamaan, seperti masjid, makam, madrasah dan ada
pula yang berfungsi melayani kepentingan sekuler, seperti istana, benteng,
pasar, karavan serai (sejenis hotel), jalan-jalan raya, rel-rel kereta api, dan
banyak lagi lainnya.
Setelah
ditemukannya ladang minyak pada tahun 1933, Saudi Arabia tidak lagi sebagai
negara miskin tetapi termasuk salah satu negara kaya. Dengan kekayaannya yang
melimpah, Saudi Arabia banyak membangun jalan raya antarkota, jalan kereta api
antara Kota Riyad dengan Kota Pelabuhan Ad-Dammam di pantai Teluk Persia. Juga
membangun Maskapai Penerbangan Internasional (Saudi Arabia Air Lines) di
Jeddah, Zahran, dan Riyad. Di bidang perhotelan telah dibangun hotel-hotel
mewah bertaraf internasional, antara lain terdapat di sekitar Masjidil Haram
Mekah dan Masjid Nabawi Madinah.
Masjidil Haram artinya masjid yang dihormati atau dimuliakan.
Masjid ini berbentuk empat persegi terletak di tengah-tengah kota Mekah, serta
merupakan masjid tertua di dunia. Di tengah-tengah masjid itu terdapat Ka’bah,
yang juga disebut Baitullah (Rumah Allah) dan Baitul Atiq (Rumah
Kemerdekaan), yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagai kiblat umat Islam di
seluruh dunia dalam mengerjakan salat. Selain itu, terdapat pula Hajar Aswad
(batu hitam yang terletak di dinding Kakbah), makam Ibrahim, Hijr Ismail, dan
sumur Zamzam yang letaknya tidak jauh dan Kakbah.
Keadaan
Masjidil Haram pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, dengan keadaan Masjidil
Haram sekarang ini jauh berbeda. Pada masa Nabi SAW masih hidup, keadaan
Masjidil Haram tidak begitu luas dan bersifat sederhana. Sekarang ini, keadaan
Masjidil Haram sangat luas dan merupakan bangunan yang begitu megah dan indah.
Masjidil Haram sekarang ini berlantai empat yang untuk naik dan lantai dasar ke
lantai di atasnya sudah disediakan eskalator.
Masjid Nabawi adalah sebuah masjid yang megah dan indah juga
sangat luas. Kalau pada masa Nabi Muhammad SAW luas Masjid Nabawi ± 2.500 m2
kini luasnya menjadi ± 165.000 m2 (luas seluruh kota Madinah pada
masa Rasulullah SAW). Hal ini mengakibatkan makam Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar
r.a., dan Umar bin Khatthab r.a. yang dulu berada di luar masjid sekarang
berada di dalam masjid. Demikian juga tempat pemakaman umum (maqbarah)
baqi yang dulu berada di pinggir kota Madinah, sekarang ini berada di samping
atau di pinggir halaman masjid.
Masjid
Nabawi bertambah indah dan megah dengan adanya sepuluh buah menara yang
menjulang tinggi, 95 buah pintu masjid yang lebar dan indah. juga kubah masjid
yang dapat terbuka dan tertutup.
Selain
itu, pada atap Masjid Nabawi bagian belakang yaitu di atas pintu Al-Majidi dari
sebe!ah barat memanjang ke timur, telah dibangun tingkat dua yang dimanfaatkan
untuk perkantoran, perpustakaan. gudang, peralatan dan selebihnya digunakan
sebagai tempat salat, apabila jamaah di lantai bawah terlalu padat. Perlu pula
diketahui bahwa seluruh ruangan dari lantai bawah (dasar) Masjid Nabawi
sekarang ini memakai pendingin ruangan (AC).
Arsitektur
yang berfungsi untuk melayani kepentingan agama dan kepentingan sekuler, selain
terdapat di Saudi Arabia, juga terdapat di negara lain, terutama di negara
berpenduduk mayoritas Islam. Misalnya di Turki sekarang ini memiliki tidak
kurang dari 62.000 masjid dan pembangunan masjid mencapai 1.500 buah per tahun.
Selain itu, telah dibangun lebih dari 2.000 unit
sekolah Al-Qur’an.
Di
Iran ketika Dinasti Qatar berkuasa (pada tahun 1794-1925) telah dibangun kota
Teheran sebagai ibukota Iran (dibangun pada abad ke-18 M). Perkembangan kota
ini sangat pesat, terutama pada masa kekuasaan Dinasti Pahlevi (1925-1979).
Sekarang ini Teheran merupakan salah satu kota terbesar di Asia. Bangunan arsitektur peninggalan Dinasti Qatar
antara lain :
Istana Niavarand, tempat kediaman Syah Muhammad Reza Pahlevi dan
keluarganya.
Pekuburan Behesyti Zahra’ (bahasa Persia yang artinya Taman Zahra, putri
Rasulullah SAW). Pekuburan ini tempat dimakamkannya puluhan ribu syuhada
(pahlawan) Revolusi Islam. Di pekuburan ini juga dimakamkan pemimpin Revolusi
Islam Ayatullah Khomaeni (wafat 1989 M).
Pada masa pembaharuan di Irak, selain terdapat arsitektur yang berfungsi
melayani keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan makam, juga terdapat
arsitektur yang berfungsi melayani kepentingan sekuler misalnya
bangunan-bangunan industri, jalan kereta api yang menghubungkan Basrah dan
Bagdad. jalan-jalan yang beraspal antarkota, dua bandara internasional di
Basrah dan Bagdad, serta dua pelabuhan internasional di Basra dan Um Al-Qasar.
2. Sastra
Pada masa pembaharuan telah bermunculan para sastrawan yang karya-karya
sastranya bersifat islami di berbagai negara, misalnya :
Seorang sastrawan dan pemikir besar, menjelang abad ke-20 telah lahir di
Pakistan (1877-1938) yang bernama Muhammad Iqbal. Beliau telah
mengungkapkan filsafatnya dalam bentuk puisi dengan menggunakan bahasa Urdu dan
Persi. Dan karya puisinya, yang penting adalah Asrari Khudi, di samping karya
filsafatnya yang berjudul “The Reconstruction of Religious Thoughs in Islam”
(kedua buku ini sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia). Beliau juga telah menulis beberapa prosanya dalam
Bahasa Inggris dan Arab.
Mustafa
Luffi Al-Manfaluti
(1876-1926) seorang sastrawan dan ulama Al-Azhar (Mesir) termasuk pengarang
cerita pendek bergaya semi klasik dan semi modern.
Dr. Muhammad Husain Haekal (1888-1956) pengarang Mesir terkenal, yang telah
menulis Hayatu Muhammad (Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW, telah
terbit dalam terjemahan Bahasa Indonesia) adalah juga seorang sastrawan dan
dianggap perintis karya sastra modern setelah novelnya yang berjudul Zainab terbit
tahun 1914. Beliau juga banyak menulis kritik sastra dan cerita pendek.
Jamil Siqdi Az-Zahawi (1863-1936) di Irak terkenal sebagai perintis sajak
modern dan seorang penyair tua yang bernada keras dan dikenal sebagai pembela
hak-hak wanita bersama-sama dengan Ma’ruf Ar-Rasafi (1877-1945).
Abdus Salam Al-Ujaili (lahir 1918) adalah seorang sastrawan di Suriah yang juga seorang dokter
medis, aktif dalam penulisan novel dan cerita pendek.
Peranan
perempuan dalam perkembangan sastra modern ternyata tidak banyak. Dari yang
sedikit itu, misalnya Binti Syati’ yang sebenarnya bernama Aisyah
Abdurrahman. Beliau meraih gelar doktor dalam sastra klasik, terkenal
sebagai sastrawati, wartawati dan editor harian Al-Ahram Mesir. Selain
itu, beliau banyak menekuni Al-Qur’an, lalu menulis tafsir Al-Qur’an dari segi
sastra. Sastrawati lainnya seperti Fatwa Tawqan dan
Nazek Al-Malaikah (Palestina) serta Layla Ba’albaki (Lebanon).
3. Kaligrafi
Kata kaligrafi berasal dan Bahasa Yunani : kaligrafia atau kaligraphos.
Kallos berarti indah dan grapho berarti tulisan. Jadi, kaligrafi
berarti tulisan (aksara) indah yang mempunyai nilai estetis. Dalam Bahasa Arab
kaligrafi disebut khatt, yang dalam pengertian sehari-hari berarti
tulisan indah yang memiliki nila estetis.
Kaligrafi (khatt) merupakan satu-satunya seni Islam, yang murni
dihasilkan oleh orang Islam, berbeda dengan seni Islam lainnya seperti seni
lukis dan ragam hias yang terpengaruh unsur non-Islam.
Kaligrafi terdiri dari bermacam-macam gaya antara lain enam macam gaya yang
disebut Al-Aqlam As-Sittah (The Six Hands/Styles).
Seni kaligrafI berkembang sangat cepat ke seluruh pelosok dunia, khususnya
ke negara-negara yang penduduknya mayoritas umat Islam seperti Indonesia.
Seni kaligrafi dipakai sebagai hiasan di masjid-masjid, penyekat ruang,
hiasan dinding rumah, kotak penyimpanan perhiasan, alat-alat rumah tangga dan
lain-lain. Media yang digunakannya pun beragam yakni dan kertas, kain, kulit,
kaca, emas, perak, tembaga, kayu, dan keramik.
Perhatian umat Islam Indonesia terhadap seni kaligrafi cukup bagus. Hal in
ditandai antara lain :
Diadakannya pameran lukisan
kaligrafi bertaraf nasional, yakni pada acara MTQ Nasional XI di Semarang
(1979), pada Muktamar Pertama Media Massa Islam sedunia di Jakarta (1980), pada
MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981), dan pada pameran kaligrafi Islam di
Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut tahun baru Hijriah 1405 (1984).
Diselenggarakannya Musabaqah Khatt Indah
Al-Quran (MKQ) dalam setiap MTQ. MKQ
ini mulai diselenggarakan pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh (1981) dan MTQ
Nasional XIII di Padang (1983).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar